![]() |
Pelajar SMA di Kabupaten Sleman dipimpin oleh GKR Hemas mendeklarasikan gerakan cinta budaya di SMAN 1 Pakem, Sleman |
Yogyakarta, Info Breaking News – Dalam gelaran Forum ASEAN Ministers Responsible for Culture and Arts (AMCA) ke-8 dan pertemuan ke-14 Asean Senior Officials Meeting Responsible on Culture and Arts (SOMCA), Yogyakarta secara resmi ditetapkan menjadi City of Culture ASEAN atau Kota Kebudayaan ASEAN.
Dalam acara yang digelar di Yogyakarta tersebut, Dirjen Kebudayaan pada Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) Hilmar Farid, Rabu (24/10/2018) malam menyatakan ditunjuknya Yogyakarta sebagai City of Culture ASEAN merupakan bagian tradisi dalam pertemuan AMCA dan SOMCA.
Dikatakan, tiap negara tuan rumah wajib menunjuk satu kota untuk mendapatkan predikat tersebut untuk dua tahun ke depan dan Yogya menjadi kota kelima di ASEAN yang dipilih sebagai Kota Kebudayaan ASEAN. Sebelumnya Ibu Kota Brunei Darussalam, Bandar Seri Begawan lah yang menyandang predikat Kota Kebudayaan ASEAN.
Diketahui, Indonesia mulai dari tanggal 21-25 Oktober 2018 menjadi tuan rumah untuk pertemuan AMCA ke-8 dan beberapa pertemuan lain, seperti pertemuan pejabat senior ASEAN untuk kebudayaan dan kesenian (ASEAN Senior Officials Meeting for Culture and Arts/SOMCA), pertemuan AMCA Plus Three (AMCA, Tiongkok, Japan, and Republic of Korea) dan SOMCA Plus Three.
"Indonesia menunjuk Yogyakarta dan mendapat persetujuan penuh dari seluruh anggota, karena Yogyakarta sudah menunjukkan budaya yang inklusif dengan masyarakatnya yang plural, mampu hidup secara inklusi," ungkap Hilmar.
Dengan predikat city of culture tersebut, Hilmar menilai Yogyakarta kini memiliki tanggung jawab dalam menyusun rencana kerja yang memuat tema besar tentang culture of prevention atau budaya mencegah hal buruk.
"Yogyakarta dalam setiap kegiatan harus melibatkan prinsip budaya untuk mencegah hal buruk. Kementerian melakukan pendampingan, namun eksekutornya Pemda DIY. Internasional juga terlibat, pendidikan dan norma bisa masuk ke level pendidikan, dan Pemerintah RI ingin Yogya jadi pelopor," jelasnya.
Sebelumnya, Mendikbud Muhadjir Effendy mengharapkan Indonesia menjadi negara yang memimpin untuk mempromosikan ASEAN yang unggul di sektor kebudayaan.
"Di antara negara-negara ASEAN, jumlah penduduk di Indonesia paling besar dan dengan wilayah yang sangat luas, juga memiliki kekayaan budaya dan peninggalan budaya yang sangat kaya, sehingga kita harus berada di paling depan dalam mempromosikan kawasan ASEAN, terutama di sektor kebudayaan," katanya.
Mendikbud berharap Indonesia berada di garis terdepan dalam membawa ASEAN semakin maju terutama di sektor kebudayaan. Lebih lanjut ia mengapresiasi pertemuan seperti AMCA yang mendorong kerja sama kebudayaan yang lebih erat demi melestarikan dan memperkenalkan kebudayaaan di kawasan ASEAN kepada dunia.
Sementara itu, bersamaan dengan penetapan kota Yogyakarta sebagai Kota Budaya ASEAN, para pelajar SMA di Kabupaten Sleman mendeklarasikan gerakan cinta budaya di SMAN 1 Pakem, Sleman.
Dalam gerakan yang dipimpin langsung oleh anggota DPD RI dari DIY, GKR Hemas tersebut pelajar mendeklarasikan agar Pancasila serta UUD 45 senantiasa dijadikan sebagai dasar dalam berfikir dan berperilaku. Mereka juga mendeklarasikan agar senantiasa menjunjung tingi persahabatan, toleransi dan nilai-nilai Sumpah Pemuda dalam Bhineka Tunggal Ika dan menjadikan budaya Yogyakarta sebagai jati diri peserta didik dalam bingkai NKRI.
Kepada pelajar, GKR Hemas berpesan agar deklarasi itu jangan hanya menjadi sumpah di mulut, tetapi juga diaplikasikan dalam keseharian dan keluar dari hati.
"Saya juga berharap apa yang dideklarasikan ini harus diimplementasikan tidak sekadar deklarasi. Menyatukan siswa dan murid untuk belajar dengan baik dan memahami tradisi DIY," kata GKR Hemas.
Permaisuri Sri Sultan Hamengku Buwono X ini berharap generasi istimewa dimulai dari Yogya dan didukung dengan pengawasan masing-masing sekolah. Sekolah harus tahu persis dalam mempertahankan budaya, juga mempertahankan budaya bangsa. ***Yohanes Suroso