Penulis : Syamsul
Jum'at, 16 Desember 2016
Jum'at, 16 Desember 2016
"Sehat itu mahal, maka sedini mungkin kita harus menjaga kesehatan sebaik mungkin. Harapan kami semoga semua bidan desa selalu diberikan kemampuan untuk tetap melayani masyarakat sepenuh hati," katanya.
Anak pertama dari tiga bersaudara pasangan Poernomo dan Winarni ini menjelaskan, tugas bidan itu melaksanakan program KIA dan KB, gizi, promosi kesehatan (promkes) serta pengobatan sederhana. Juga pembinaan serta pengembangan upaya kesehatan bersumberdaya masyarakat. "Kunci sukses menjadi bidan adalah senyum, salam, sapa, ikhlas, santun dan rendah hati," jelas istri Suherman ini.
Perempuan kelahiran Probolinggo, 9 Nopember 1985 ini menerangkan, ada suka dan duka yang dirasakan selama melayani masyarakat. Sukanya, ia senang bisa langsung berinteraksi dengan masyarakat dengan membuktikan apa yang saya terima dalam teori dan realita sungguh berbeda.
"Dukanya, saya kecewa apabila ada ibu hamil yang mau dirujuk ke rumah sakit umum menolak. Tapi alhamdulillan berkat kerjasama bersama tiga pilar (Gemasiba) semuanya bisa teratasi dengan baik," tegas perempuan hobi memasak ini.
Alumnus MI Nahdlatul Ulama Kraksaan ini mengaku, memiliki pengalaman paling berkesan selama menjadi bidan. Menurutnya, tidak sia-sia usaha bidan agar warga tidak bersalin dengan pertolongan dukun, peningkatan kunjungan ibu hamil, bayi dan balita di Posyandu serta kesadaran masyarakat untuk hidup sehat dan berobat ke tenaga kesehatan.
"Bagaimanapun jalan rusak, medan yang pegunungan dan tidak bisa ditempuh dengan motor, demi kesahatan ibu, bayi dan balita akhirnya satu dusun tertinggi bisa menerima kami. Dan warga mengubah perilakunya menjadi sadar sehat, mau bersalin di bidan, rajin datang ke Posyandu dan berobat pada tenaga kesehatan," pungkasnya. (wan/syams)